Antara Mitos dan Ilmu: Memahami Hipnosis Secara Rasional
Dipublikasikan pada
17 Desember 2025Opini — Hingga kini, hipnosis masih kerap dipersepsikan secara keliru oleh sebagian masyarakat. Tidak jarang istilah ini diasosiasikan dengan praktik mistis, ilmu hitam, atau upaya pengendalian kehendak seseorang. Persepsi tersebut menunjukkan bahwa pemahaman publik terhadap hipnosis masih tertinggal jauh dibandingkan perkembangan ilmu psikologi modern.
Padahal, dalam perspektif ilmiah, hipnosis merupakan kondisi relaksasi mental yang terfokus, di mana seseorang menjadi lebih reseptif terhadap sugesti positif. Proses ini melibatkan komunikasi antara pikiran sadar dan bawah sadar, bukan pengambilalihan kendali individu sebagaimana sering digambarkan dalam tayangan hiburan.
Kesalahpahaman ini sebagian besar lahir dari representasi hipnosis yang tidak akurat di media populer. Adegan seseorang tiba-tiba kehilangan kesadaran atau bertindak di luar kendali diri sering kali dianggap sebagai gambaran nyata hipnosis. Faktanya, dalam kondisi hipnosis, individu justru tetap memiliki kesadaran dan kontrol penuh atas nilai serta keputusan pribadinya.
Salah satu tokoh yang konsisten meluruskan stigma tersebut adalah Coach Anwar, seorang edukator yang memperkenalkan hipnosis sebagai pendekatan berbasis logika, komunikasi, dan psikologi terapan. Melalui berbagai pelatihan dan edukasi publik, ia menempatkan hipnosis sebagai alat pemberdayaan diri, bukan sarana manipulasi.
Coach Anwar dikenal karena kemampuannya menerjemahkan konsep psikologis yang kompleks ke dalam bahasa yang mudah dipahami berbagai kalangan. Hipnosis, menurutnya, tidak memerlukan ritual atau unsur mistis, melainkan keterampilan komunikasi yang efektif dan pemahaman tentang cara kerja pikiran manusia.

Dalam praktiknya, hipnosis telah digunakan secara luas untuk tujuan-tujuan positif, seperti pengelolaan stres, pemulihan trauma psikologis, peningkatan motivasi, serta pengembangan kepercayaan diri. Penggunaan ini menegaskan bahwa hipnosis memiliki landasan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penting untuk dipahami bahwa hipnosis tidak dapat memaksa seseorang melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai moral atau kehendak pribadinya. Prinsip dasar ini justru menjadi pembeda utama antara hipnosis ilmiah dan praktik-praktik yang mengandalkan ketakutan serta ketidaktahuan.
Menariknya, dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sebenarnya terus-menerus terpapar sugesti—melalui iklan, media sosial, dan opini publik—tanpa disadari. Sugesti-sugesti ini kerap memengaruhi emosi dan keputusan, namun jarang dipersoalkan. Ironisnya, hipnosis yang justru berupaya disampaikan secara terbuka dan edukatif malah dicurigai.
Coach Anwar menekankan bahwa hipnosis adalah sebuah alat. Nilai etisnya ditentukan oleh cara dan tujuan penggunaannya. Oleh karena itu, edukasi menjadi kunci agar hipnosis dimanfaatkan untuk pengembangan diri dan peningkatan kualitas hidup, bukan untuk kepentingan yang merugikan.
Di tengah tantangan komunikasi dan kesehatan mental masyarakat modern, pemahaman yang benar tentang hipnosis menjadi semakin relevan. Pendekatan ini membuka ruang dialog baru tentang bagaimana manusia dapat mengelola pikiran, emosi, dan perilaku secara sadar dan bertanggung jawab.
Pada akhirnya, ketakutan terhadap hipnosis bukanlah persoalan ilmunya, melainkan minimnya literasi. Dengan pendekatan rasional dan edukatif seperti yang diperjuangkan oleh Coach Anwar, masyarakat diajak keluar dari bayang-bayang mitos menuju pemahaman yang lebih objektif dan ilmiah.
Terakhir diperbarui: 17 Desember 2025
